KEPUTUSAN YANG KAMU AMBIL HARI INI AKAN MEWARNAI MASA DEPANMU

Selasa, 16 November 2010

Peran Wanita dalam Olahraga

BAB I
PENDAHULAUAN

A. Latar Belakang
Wanita, jika dibandingkan pada periode sebelumnya, memiliki peran yang relatif lebih tinggi. Hal ini terbukti dan semakin luasnya kesempatan wanita dalam kegiatan-kegiatan yang dulunya lebih didominasi oleh kaum pria. Dalam hal kajian sosiologi, yaitu ilmu yang mempelajari pola kehidupan masyarakat, di mana masyarakat merupakan objek dari masalah-masalah sosial yang dikaji, wanita adalah bagian dari sekelompok masyarakat sehingga wanita merupakan bagian dari objek yang penting dalam suatu kajian ilmu sosiologi. (http://bigsize.blogdetik.com/2009/03/12/wanita-dan-olahraga/)
Di zaman emanisipasi wanita seperti sekarang ini, wanita bebas mengespresikan diri tanpa adanya batasan dari sispapun. Dalam berbagai bidang kehidupan wanita telah mampu memegang peranan yang penting. Baik bidang politik, sosial budaya bahkan olahraga. Bidang olahraga yang dulunya menjadi milik kaum maskulinitas, sekarang perempuan sudah menjadi bagian didalamnya. Perempuan tidak lagi menutup diri terhadap kegiatan-kegiatan olahraga yang syarat dengan aktivita fisik.
Tidak bisa dipungkiri, keikutsertaan wanita tidak sekedar sebagai partisipan saja. Terbukti sudah banyak kompetisi-kompetisi yang bersifat profesional untuk olahraga perempuan. Prestasi yang sudah ditorehkan pun tidak sembarangan. Untuk Indonesia sendiri atlet-atlet perempuan telah banyak mengharumkan nama bangsa dikancah internasional. Sebagai contoh, atlet angkat besi perempuan kita Lisa Roumbewas dan masih banyak lagi.
Wanita untuk mendapatkan posisi sejajar dengan pria dalam olahraga, tidak terjadi begitu saja. Hal itu melaui proses yang berjalan seiring dengan perkembangan emansipasi wanita.

B. Rumusan Masalah
1. Sejarah perkembangan wanita dalam olahraga
2. Kendala bagi kaum wanita
3. Bentuk partisipasi wanita dalam olahraga
4. Perkembangan keterlibatan wanita dalam olahraga



BAB II
PEMBAHASAN

1. Sejarah perkembangan wanita dalam olahraga
Wanita sebagai subyek dalam kompetisi atletik tidal lagi menjadi isu kontroversional ( Shaffer.19972:431). Kata Thomas E Shaffer,M.D.,dalam konfensi nasional tentang wanita dan olahraga th 1972 di Amerika Serikat. Tetapi mungkin masih banyak orang yang belum mendengar berita tersebut. Mungkin juga mereka belum mengakui bahwa perubahan telah terjadi dihadapan mereka. Partisipasi wanita dalam olahraga sudah semakin bisa diterima.
Dalam model evolusioner antropologi dari masyarakt ‘band’ kemasyrakat ‘superband’ ditegaskan ulang bahwa peran wanita dalam masyarakat direfleksikan dengan keterlibatan mereka dalam olahraga.
Tuntutan persamaan hak untuk menjalani aktifitas fisik sebagai amnah kaum leleki, kerap dianggap sebagai hal yang mustahil. Dunia olahraga yang syasrat dengan budaya fair play kiranya dapat dijadikan media untuk mengantarkan wanita agar mampu mensejajarkan diri, berdiri dengan leluasa sebagai mana keberadaan kaum lelakai. Tinjauan sejarah serta tilikan perkembangan kaum wanita yang terjadi saat ini, diharapkan dapat menyuguhkan fakta, bahwa pada dasarnya potensi yang menyertai kaum wanita tidak semestinya menjadi hambatan untuk dapat berperan serta dalam kegiatan olahraga, sebagai mana kaum lelaki.

2. Kendala bagi kaum wanita.
Beberapa pendapat:
a) "Olahraga identik dengan kaum laki laki. Standar ganda yang berlaku dikalangan masyarakat mensyaratkan bahwa wanita hanya asebagai obyek bukan subyek". (Dorothy Harris, 1987)
b) "Jumlah wanita yang berperan sebagai pelatih dan menduduki posisi sebagai administrasi dalam olahraga dalam sepuluh tahun teakhir mulai beranjak pada angka 50% bahkan lebih. Olhraga wanita mengalami peningkatan berarti, namun demikian sebagian laki laki masih meyakini bahwa kaum wanita tidak memiliki kemampuan yang memadai untuk aktivitas itu". ( Carrol Mann, Presiden Federasi Olahraga Wanita, 1988)
c) "Satu hal yang saya yakini, bahwa tuhan tidak menciptakan tubuh wanita untuk melakukan pekerjaan yang penuh kekerasan. Tubuh mereka hanya dipersiapkan untuk melakukan segala sesuatu yang berbau feminis". (Bob Kneppers, Pelatih dan pemain bola basket USA, 1988).

3. Bentuk partisipasi wanita dalam olahraga
Informasi yang berkaitan dengan keikutsertaan wanita dalam cabang olahraga yang menekankan pada body contack masih minim. Salah satu hasil penelitian yang digarap oleh Brown dan Davis (1978), mengindikasikan bahwa sikap wanita terhadap jenis olahraga keras body contact masih sangat rendah, dibandingkan dengan kaum laki laki. Pada umumnya wanita kurang menyukai cabang-cabang olahraga yang sarat dengan kekerasan fisik. Peneltian yang secara berturut-turut dilakukan oleh Breidmeier dkk.(1982-1984) mengiformasikan bahwa pada tingkat kompetisi yang lebih tinggi baik atlet laki laki maupun wanita telah mengarah pada partisipasi yang lebih jauh meningkat.
Sosiolog Michael Smith menyimpulkan bahwa mulai tahun 1970-an tingkat keterlibatan wanita dalam olahraga terus meningkat. Perambahan pada cabang cabang olahraga keras sebagai mana yang dilakuakan kaum pria, bukan sesuatu yang tabu lagi. Kesadaran akan adanya kesetaraan dengan kaum laki laki semakin membuka kesadaran kaum wanita, sehingga penerapan strategi dalam cabang olahraga keras merupakan suatu yang cukup mengasikan.
Kekerasan sering diartikan sebagai lambang masculinitas. Adanya orientasi ini akhirnya menggiring dan mempengaruhi perbedaan pemilihan jenis aktivitas ynag dilakukan kaum wanita, terutama dikaitkan dengan kehidupan sosial dan nilai sosial yang ada dimasyarakat.
Sejak awal era 70-an, terjadi perubahan yang cukup dramatis dalam peran wanita dalam olahraga. Beberapa alasan yang mengemukakanantara lain adalah perubahan yang terjadi dikatakan dengan nilai sosoial yang terjadi pada masyarakat, terutama di negara negara industri. Perubaham tersebut yakni berkaitan dengan peningkatan:
a. Kesempatan baru
Sebelum datangnya tahun 1970 kaum wanita tidak ikut ambil bagian dalam kegiatan olahraga karena satu alasan yang sangat sederhana, yakni tidak adanya perkumpulan dan program yang tersdia untuk mereka. Pemikiran seperti itu lambat laun berkembang dan bahkan menghilang. Meskipun sebagian orang tua belum memiliki pemahaman yang sama terhadap perubahan pola pikir tersebut, kegiatan olahraga sudah mulai menarik kaum wanita, terutama kaum remaja putri. Kesadaran akan adnya kesempatan baru yang cukup menantang ini semakin mengundang kehadiran para remaja putri untuk turut mengambil bagian dalam kegiatan olahraga disekolah.
b. Kebijakan Pemerintah
Kebijakan pemerintah yang mulai menerima keberadaan wanita dalam kegiatan olahraga serta kegiatan lainya seperti ekonomi, politik dan lain lain, pada awalnya mendapat tantangan yang cukup keras dari kalangan masyarakat yang masih menganut tatanan masyarakat ortodoks. Hal ini terjadi bahkan di negara sebesar dan seliberal Amerika serikat, setelah melalui proses lobi yang berlangsung puluhan tahun. Akirnya konggres memutuskan untuk mengeluarkan kebijakan yang tertuang dalam pasal IX pada tahun 1972. Pasal ini mengatur segala sesuatu yang secara sepesifik ditujukan pada pengesahan dan perlindungan terhadap kaum wanita yang berpartisipasi dalam segala kegiatan.
Di Kanada perjuangan keras dari segelintir politisi yang peduli pada kaum wanita memicu terbentuknya perkumpulan olahraga amatir kaum wanita pada tahun 1980. Enam tahun kemudian publikasi yang menyoroti kehidupan kaum wanita pada dunia olahraga mulai diedarkan. Bergulirnya kebijakan yang menerima persamaan hak dan kesempatan bagi kaum wanita untuk berpatisipasi aktif dalam kegiatan olahraga, menjadikan negara Kanada sebagai negara barat pertama yang membuka peluang besar bagi kaum wanita untuk terjun secara bebas dalam aktivitas olahraga.
Nilai positif lain yang terkandung dalam aktivitas olahraga adalah kemandirian. Oleh karena itu, partisipasi olahraga dapat membuat wanita menjadi individu yang tersendiri, di mana aktivitas dan tantangannya tidak ditentukan atau dikendalikan oleh keluarga. Selanjutnya, nilai positif yang terkadung dalam olahraga, adalah evaluatif dan pengendalian diri yang baik. Maka, adanya partisipasi olahraga bagi wanita dapat memberikan figur baru dan jenis pemimpin yang dapat dikaitkan dengan diri mereka sendiri. Dengan menggambarkan figur pemimpin dalam situasi dan kemampuan yang berbeda, wanita akan melihat pemimpin sebagai manusia biasa yang yang tidak selalu benar dan sempurna. begitu pula jika mereka melihat kepemimpinan orangtua mereka. Hal ini akan membuat wanita menjadi lebih asertif dalam hubungannya dengan orang lain dan bukan menjadi takut akan kekuatan dan kekuasaan orang lain. (http://bigsize.blogdetik.com/2009/03/12/wanita-dan-olahraga/)
Selain itu, partisipasi olahraga juga dapat memberi peluang lepada wanita utuk melakukan koneksi dengan tubuh mereka. Tubuh wanita bukan hanya sebagai bahan konsumsi saja, namun terdapat identitas dan perasaan akan kekuatan yang ada pada tubuh tersebut. Dengan demikian, partisipasi olahraga akan mendekatkan diri mereka dengan tubuh dan meningkatkan perkembangan psikologisnya. Riset membuktikan pendapat ini, meski situasinya harus dibuat lebih bersifat membungun daripada sekadar untuk mencapai prestasi atau memecahkan rekor saja.


4. Perkembangan keterlibatan wanita dalam olahraga
Fleskin berpendapat bahwa munculnya gagasan bahwa kaum wanita memiliki kesempatan dan kemampuan yang sama dengan kaum laki laki mendorong kaum wanita dari segala tingkat dan kalangan untuk lebih berpartisipasi dan menunjukan kemampuan dalam kegiatan olahraga. Adanya perubahan tatanan budaya dalam masyarakat, ditandai dengan mulainya pemberian nilai yang sama antara anak laki laki dan perempuan dalam kehidupan keluarga. Olahraga bahkan dijadikan alat untuk mengeliminir kekurangan yang selama ini dijadikan landasan perbedaan kemampuan fisik.
Meningkatnya kesadaran akan pentingnya kesehatan dan kebugaran jasmani menjelang pertengahan 70-an mendorong kaum wanita untuk mengambil bagian dalam aktivitas fisik, termasuk olahraga. Tujuan yang ingin dicapai pada awalnya masih dikaitkan dengan segi keindahan fisik dan kemudian mulai beranjak pada keinginan untuk memiliki tubuh yang indah lengkap dengan kekuatan otot, bahkan mulai bergeser pada hasrat untuk mengembangkan tubuh menjadi lebih besar, atau degan kata lain agar lebih maskulin.
Tatanan budaya yang terjadi di masyarakat pada akirnya turut mengubah pola hidup berolahraga bagi wanita. Bermunculanya kesadaran para orang tua serta adanya kelapangan dari kaum laki laki untuk mengakui eksistensi kaum wanita menjadi dasar yang signifikan yang menggiring sebagian besar anak perempuan untuk lebih banyak mengambil kesempatan melakukan kegiatan dalam berbagai cabang olahraga.
Olahraga kerap dipandang sebagai dunia kaum laki-laki. Pemahaman ini tampaknya cukup beralasan, terutama jika dikaitkan dengan tolehan sejarah masa lampau. Tinjauan wanita dari berbagai sisi mengiringi pada suatu pemahaman yang seharusnya mampu membuka mata (hati) setiap individu agar mampu memberi tempat yang lebih lapang bagi kaum hawa untuk berperan aktif dan kondusif, beriringan jalan dengan kaum adam. (http://awowox.blogspot.com/2009/03/wanita-dan-olahraga.html)



BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Bidang olahraga yang dulunya menjadi milik kaum maskulinitas, sekarang perempuan sudah menjadi bagian didalamnya. Perempuan tidak lagi menutup diri terhadap kegiatan-kegiatan olahraga yang syarat dengan aktivita fisik. Wanita untuk mendapatkan posisi sejajar dengan pria dalam olahraga, tidak terjadi begitu saja. Hal itu melaui proses yang berjalan seiring dengan perkembangan emansipasi wanita.
Adanya perubahan tatanan budaya dalam masyarakat, ditandai dengan mulainya pemberian nilai yang sama antara anak laki laki dan perempuan dalam kehidupan keluarga. Olahraga bahkan dijadikan alat untuk mengeliminir kekurangan yang selama ini dijadikan landasan perbedaan kemampuan fisik.
Wanita dan olahraga seiring dengan berkembangnya zaman akan menjadi hal yang sulit dipisahkan. Selain itu wanita akan dapat porsi yang sama dalam dunia olahraga dengan kaum laki laki. Yang terpenting jangan sampai timbul adanya saling untuk mengalahkan antar gender dalam olahraga, karena bukan itu tujuan dari emansipasi wanita dalam olahraga.




DAFTAR PUSTAKA

http://awowox.blogspot.com/2009/03/wanita-dan-olahraga.html
http://bigsize.blogdetik.com/2009/03/12/wanita-dan-olahraga/
http://202.158.49.30/sportivo/index.php?act=detail&nid=72587

3 komentar: