KEPUTUSAN YANG KAMU AMBIL HARI INI AKAN MEWARNAI MASA DEPANMU

Senin, 03 Januari 2011

Tahap Belajar Motorik

Ada kesamaan pendapat para ahli, bahwa belajar keterampilan motorik berlangsung melalui beberapa tahap. Fitts & Posner, 1967) telah membahas tahap-tahap belajar motorik yakni: (1) tahap kognitif, (2) tahap asosiatif, dan (3) tahap otomatis.

1. Tahap Kognitif
Tingkat kognitif ditandai oleh usaha terutama pelaku untuk ketrampilan baru, yang paling lambat dan tidak tetap. Dibutuhkan perhatian kognitif yang cukup untuk menampilkan ketrampilan itu.
Tatkala seseorang baru memulai mempelajari sesuatu tugas; katakanlah keterampilan motorik, maka yang menjadi pertanyaan baginya ialah, bagaimana cara melakukan tugas itu. Dia membutuhkan informant mengenai cara melaksanakan tugas gerak yang bersangkutan. Karena itu, pelaksanaan tugas gerak itu diawali dengan penerimaan informasi dan pembentukan pengertian, termasuk bagaimana penerapan informasi atau pengetahuan yang diperoleh.
Pada tahap kognitif ini, sering juga terjadi kejutan berupa peningkatan yang besar dibandingkan dengan kemajuan pada tahap-tahap berikutnya. Pada tahap itu juga, bukan mustahil siswa yang bersangkutan mencoba-coba dan kemudian sering juga salah dalam melaksanakan tugas gerakan. Gerakannya memang masih nampak kaku, kurang terkoordinasi, kurang efisien, bahkan hasilnya tidak konsisten.
Contoh:
Seorang pemula dalam bulutangkis mampu melakukan pukulan service yang "halus" (yakni cock melayang rendah di alas faring dan masuk ke petak service), namun keterampilan tersebut hanya sekali-kali dapat dilakukannya. Pelaku masih mencari-cari hubungan antara cara melaksanakan dan hasil yang dicapai.
Karena itu, masih belum terbentuk satu pola gerak yang konsisten. Siswa yang bersangkutan dihadapkan dengan tugas yakni apa yang harus dilakukan, sehingga tahap pertama ini oleh Adams disebut tahap verbal-motor.

2. Tahap Asosiatif
Permulaan dari tahap ini ditandai oleh semakin efektif cara-cara siswa melaksanakan tugas gerak, dan dia mulai mampu menyesuaikan diri dengan keterampilan yang dilakukan. Akan nampak penampilan yang terkoordinasi dengan perkembangan yang terjadi secara bertahap, dan lambat laun gerakan semakin konsisten.
Kemampuan melakukan gerakan dengan obyek/kejadian dari luar dan juga memperbaiki kekurangan seperti perhatian tentang melakukan gerakan diri sendiri, membiarkan siswa untuk mulai melakukan hal-hal yang baru. Hal ini juga menguntungkan dalam kemampuan untuk beradaptasi ke dalam gerakan yang disesuaikan pada berbagai kondisi lingkungan.
Contoh:
Jika seorang pemula belajar menembakkan bola ke dalam ring dalam permainan bola basket hanya hampu memasukkan 2-3 tembakan dari 10 kesempatan, maka memasuki tahap asosiatif ini, dia makin paham tentang misalnya berapa kira-kira tenaga yang harus dikerahkan, atau bagaimana peranan dari pergelangan kaki dan jari-jari untuk mengendalikan bola. Gerakannya tidak lagi untung-untungan, tapi makin konsisten. Artinya, gerakannya makin terpola, dan dia semakin menyadari kaitan antara gerak dan hasil yang dicapai.
Pada tahap ini, seperti dikemukakan beberapa penulis (misalnya, Adams, l971: Fitts. 1964), tahap verbal semakin ditinggalkan dan si pelaku memusatkan perhatiannya pada aspek bagaimana melakukan pola gerak yang baik, ketimbang mencari-cari pola mana yang akan dihasilkan. Dalam eksperimen belajar motorik, tahap itu oleh Adams disebut motor stage (tahap motorik).


3. Tahap Otomatisasi
Tahapan ini siswa memerlukan latihan dengan waktu yang lama. Sebenarnya tahap akhir ini tidak semua siswa akan mencapainya. Di dalam tahap otomatisasi, penampilan mencapai tingkat kecakapan yang paling tinggi dan telah menjadi otomatisasi . Perhatian siswa selama tahap ini direlokasikan kepada pengambilan keputusan yang strategis. Sebagai tambahan, tugas-tugas ganda dapat dilaksanakan secara serempak. Akhirnya, siswa-siswa di dalam tahap ini bersifat konsisten, merasa yakin/ percaya diri, membuat sedikit; kesalahan dan secara umum dapat mendeteksi dan mengoreksi kesalahan yang mereka lakukan.
Contoh:
Seorang pemain bola basket yang telah mahir, mampu menembakkan bola secara efektif ke ring meskipun dalam keadaan posisi yang sulit, misalnya karena dia dijaga ketat oleh lawan.
Yang menarik bagi kita ialah dalam melaksanakan tugas itu si pelaku tak seberapa banyak menumpahkan perhatiannya kepada tugas yang sedang dikerjakannya. Selama kegiatan ini hanya sedikit perhatian kognitif yang dibutuhkan agar pelaku dapat memusatkan perhatian pada faktor lingkungan yang mempengaruhi strategi dan penampilan.












DAFTAR PUSTAKA

Dwi Cahyo Widodo. Tahapan Belajar Keterampilan Gerak. Diakses dari situs http://onopirododo.wordpress.com/ pada hari Minggu tanggal 2 Januari 2011
Gatot Jariono. Belajar Motorik (Hukum Latihan dan Belajar Motorik). Diakses dari situs http://makalahpascasarjana.blogspot.com/ pada hari Minggu tanggal 2 Januari 2011
Sukamti, Endang Rini dkk. 2007. Diktat Perkembangan Motorik. FIK-UNY

Senin, 13 Desember 2010

Pertumbuhan Fisik Adolesensi

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Adolesensi atau masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Hal ini biasanya dipandang dari segi kematangan seksual dan cepatnya pertumbuhan. Sedangkan pertumbuhan fisik adalah perubahan-perubahan fisik yang terjadi dan merupakan gejala primer dalam pertumbuhan remaja. Adolosensi dimulai dengan percepatan rata-rata pertumbuhan sebelum mencapai kematangan seksual, kemudian timbul fase perlambatan, dan berhenti setelah tidak terjadi pertumbuhan lagi, yaitu setelah mencapai masa dewasa.
Pada masa adolesensi terjadi perkembangan biologis yang kompleks, yang meliputi percepatan pertumbuhan, perubahan proporsi bentuk tubuh, perubahan dalam komposisi tubuh, kematangan ciri-ciri seks primer dan sekunder, perkembangan pada sistem pernapasan dan kerja jantung, dan perkembangan sistem syaraf dan endokrin yang memprakarsai dan mengkoordinasikan perubahan-perubahan tubuh, seksual dan fisiologis. Pada masa adolesensi perkembangan fisik antara perempuan dan laki-laki berbeda, yaitu terjadi antara umur 10-18 tahun untuk anak perempuan dan 12-18 tahun untuk anak laki-laki.
Secara biologis dalam masa adolesensi ini sistem reprodukasi mencapai taraf kematanagn.
B. Rumusan Masalah
1. Ukuran dan proporsi tubuh
2. Pertumbuhan jaringan tuubuh
3. Perubahan Fisiologis
4. Peningkatan kekuatan
5. Kondisi yang mempengaruhi pertumbuhan fisik adolesensi
BAB II
PEMBAHASAN

A. Ukuran dan Proporsi Tubuh
Pertumbuhan yang cepat pada masa adolesensi menimbulkan terjadinya perbedaan-perbedaan morfologis antara anak laki-laki dengan perempuan yang makin jelas. Ciri-ciri yang menonjol adalah bertambah lebarnya bahu anak laki-laki lebih cepat dibandingkan dengan perkembangan pinggulnya, sebaliknya terjadi pada anak-anak perempuan yang mengalami pertumbuhan yang cepat pada pelebaran pinggulnya, dibandingkan dengan perkembangan pada bagian pinggang dan bahu.
Perubahan fisik selama adolosensi menunjukan beberapa indikasi dalam komposisi tubuh. Perubahan komposisi terutama bervariasi pada kegemukan dan kekurusan. Anak laki-laki meningkat ke arah berotot terutama pada anggota badan, sedangkan anak perempuan meningkat ke arah bentuk ramping dan gemuk atau makin berlemak. Peningkatan tersebut untuk anak laki-laki berlangsung dengan cepat terutama menjelang dewasa, sedangkan untuk anak perempuan berlangsung secara bertahap.
Perkembangan organ reproduksi anak perempuan mulai lebih awal dibandingkan anak laki-laki. Awal dari masa puber anak laki-laki lebih sukar dikenali, biasanya ditandai adanya percepatan pertumbuhan kantung kemaluan (scrotum) dan testes, serta mulai tumbuhnya rambut kelamin, dan juga pelabaran pangkal tenggorokan (larynx).
Awal puber perempuan ditandai dengan terjadinya menstruasi pertama, dan berdasarkan tanda-tanda seks sekunder, seperti dimulai berkembangnya buah dada, tumbuhnya rambut kelamin dan sebagainya.
Usia mulainya menstruasi pertama berkisar antara 12 samapi 14 tahun. Variasi usia menstruasi pertama dipengaruhi oleh berbagai macam situasi, seperti iklim, gizi makanan, kebudayaan atau ras suatu bangsa. Di daerah yang beriklim panas cenderung lebih cepat terjadinya menstruasi pertama dibandingkan dengan daerah dingin.
Kematangan seksual berdasarkan ras antara anak laki-laki kulit hitam dengan kulit putih hanya sedikit atau hampir tidak terjadi perbedaan, tetapi pada anak perempuan ternyata terdapat perbedaan. Anak perempuan Mexiko mulai menstruasi pertama pada usia 12,5 tahun, rata-rata anak Eropa 12,9 tahun, Jepang dan Negro 13,1 tahun, dan Cina 13,9 tahun. Status gizi berpengaruh terhadap usia menstruasi pertama berhubungan dengan kegemukan. Seorang anak yang gemuk cenderung lebih cepat mengalami menstruasi pertama dibandingkan anak-anak yang relatif lebih kurus. Gizi yang baik dan kondisi lingkungan yang baik berpengaruh terhadap kecepatan perkembangan, dan kecepatan kematangan akan akan lebih cepat diperoleh, sebaliknya kekurangan gizi akan menurunkan tingkat perkembangan organisme.
Dalam perkembangan fisik yang berhubungan dengan kematangan seksual mencapai puncaknya pada periode adolesensi. Peningkatan yang pesat pada anak perempuan berakhir antara usia 11 sampai 13,5 tahun dengan pertambahan tinggi rata-rata 3,25 inchi (8,25 cm) setiapa tahun, sedangkan pada anak laki-laki antara usia 13 sampai 15,5 tahun dengan pertambahan tinggi rata-rata 4 inchi (10,16 cm) setiap tahun.
Urutan pencapaian puncak pertumbuhan untuk anak laki-laki dimulai dengan panjang tungkai, kemudian panjang togok dan disusul dengan pelebaran panggul dan dada, pelebaran pundak (bahu) dan akhirnya pada penebalan dada. Pertumbuhan puncak panjang tungkai dengan panjang togok kira-kira berselang 1 tahun.
Perbedaan bentuk tubuh antara anak laki-laki dengan perempuan menjadi tampak jelas sesudah masa pubertas. Kedua jenis kelamin memilki ukuran skeletal yang berbeda. Anak laki-laki menjadi seorang dewasa dengan tungkai dan lengan yang lebih panjang dan bahunya lebih lebar, sedangkan pada wanita dewasa akan nampak lebih besar pinggulnya.
B. Pertumbuhan Jaringan Tubuh
Perubahan secara proporsional terjadi pada tulang otot dan jaringan lemak pada masa adolesensi. Pertumbuhan tulang dan otot sejalan dengan peningkatan tinggi dan berat badan. Sedangkan penurunan volume jaringan lemak lebih nampak pada anak laki-laki dibandingkan dengan anak perempuan. Pertumbuhan tulang dan otot sama, tetapi penurunan volume lemak tidak sama lamanya.
Perbandingan antara otot dengan lemak untuk anak perempuan pada masa sebelum adolesensi agak tetap (konsisten), yaitu: 2,3:1, dan meningkat menjadi 2,4:1 pada masa sesudah adolesensi. Pada anak laki-laki perbandingan antara otot dengan lemak tersebut sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan anak perempuan, yaitu, 2,5:1 dalam masa sebelum adolesensi, dan pada usia 15,5 tahun menjadi 2,6:1. Hal ini menunjukan terjadinya penurunan lemak pada anak laki-laki.

C. Perubahan Fisiologis
Adolesensi ditandai dengan berbagai macam perubahan-perubahan fisiologis yang berhubungan dengan masa pubertas dan pengaruh terhadap penampilan fisik pada kedua jenis kelamin. Salah satu perubahan adalah denyut nadi basal yang selalu menurun secara berangsur-angsur dan sama untuk kedua jenis kelamin sejak lahir. Penurunan denyut nadi pada masa adolosensi anak laki-laki lebih cepat dibandingkan dengan anak perempuan sesudah berumur 12 tahun, dan sampai dewasa denyut nadi waktu istirahat wanita 10% lebih besar dari seorang pria.
Pada orang yang sehat denyut nadi berhubungan erat dengan temperatur tubuh. Temperatur tubuh anak laki-laki 1,50F lebih rendah dibandingkan perempuan.
Perubahan tekanan darah sistolik pada anak perempuan terjadi lebih awal, tetapi pada anak laki-laki bertambahnya lebih besar. Perubahan tekanan darah diastolik hanya kecil, hampir tidak ada perbedaan yang meyakinkan.
Perbedaan tekanan darah sistolik antara anak laki-laki dan permpuan ditandai tingginya tekanan yang dimiliki oleh laki-laki, hal ini kemungkinan disebabkan oleh volume pemompaan jantung dan volume darah yang lebih besar. Volume darah yang lebih besar pada anak laki-laki pada masa adolesensi ditandai dengan bertambah besarnya sel darah merah.
Selama adolesnsi terjadi peningkatan yang besar dalam hal volume pernapasan, kapasitas vital, dan kapasitas pernapasan maksimum untuk anak laki-laki, tetapi sangat kecil untuk anak perempuan. Peningkatan-peningkatan fisiologis yang terjadi pada anak laki-laki sejalan dengan peningkatan ukuran badannya.

D. Peningkatan Kekuatan
Perubahan-perubahan fisiologis dan pertumbuhan yang cepat dimasa adolesensi peningkatan dengan perbedaan peningkatan kekuatan antara kedua jenis kelamin. Perkembangan kekuatan susunan masa adolesensi nampak bahwa pada anak perempuan tidak dapat melampaui rata-rata perkembangan kekuatan laki-laki, bahkan dapat digambarkan bahwa kekuatan yang dimiliki oleh perempuan yang terkuat dapat disamakan dengan kekutan laki-laki yang paling lemah.
Kematangan menunjukan ada hubungan antara perkembangan dengan kekuatan. Hubungan yang rendah terjadi antara tinggi dan berat badan dengan kekuatan karena adanya faktor-faktor lain yang mempengaruhi ukuran besarnya badan dalam menentukan kekuatan pada masa adolesensi. Puncak perkmbangan yang cepat dari kekuatan anak laki-laki terjadi kira-kira 1,5 tahun sesudah puncak peningkatan tinggi badan, dan kira-kira 1 tahun sesudah puncak penambahan berat badan.
Dalam hal perkembangan power otot yang berhubungan dengan pertumbuhan tubuh dapat dinyatakan bahwa power otot dicapai secara penuh kira-kira satu tahu sesudah pencapaian pertumbuhan tubuh sepenuhnya.

E. Kondisi yang Mempengaruhi Pertumbuhan Fisik Adolesensi
Pertumbuhan fisik erat hubungannya dengan kondisi remaja. Kondisi yang baik berdampak baik pada pertumbuhan fisik remaja, demikian pula sebaliknya.
Adapun kondisi-kondisi yang mempengaruhi sebagai berikut:
1. Pengaruh Keluarga
Pengaruh keluarga meliputi faktor keturunan maupun faktor lingkungan. Karena faktor keturunan seorang anak dapat lebih tinggi atau panjang dari anak lainnya, sehingga ia lebih berat tubuhnya, jika ayah dan ibunya atau kakeknya tinggi dan panjang.
2. Faktor lingkungan
Faktor lingkungan akan membantu menentukan tercapai tidaknya perwujudan potensi keturunan yang dibawa dari orang tuanya. Lingkungan juga dapat memberikan pengaruh pada remaja sedemikian rupa sehingga menghambat atau mempercepat potensi untuk pertumbuhan dimasa remaja.
3. Pengaruh Gizi
Anak yang mendapatkan gizi cukup biasanya akan lebih tinggi tubuhnya dan sedikit lebih cepat mencapai taraf dewasa dibadingkan dengan mereka yang tidak mendapatkan gizi cukup.
4. Gangguan Emosional
Anak yang sering mengalami gangguan emosional akan menyebabkan terbentuknya steroid adrenal yang berlebihan dan ini akan membawa akibat berkurangnya pembentukan hormon pertumbuhan di kelenjar pituitary. Bila terjadi hal demikian pertumbuhan awal remajanya terhambat dan tidak tercapai berat tubuh yang seharusnya.


5. Jenis Kelamin
Anak laki cenderung lebih tinggi dan lebih berat dari pada anak perempuan, kecuali pada usia 12 – 15 tahun. Anak perempuan baisanya akan sedikit lebih tinggi dan lebih berat dari pada laki-laki. Hal ini terjadi karena bentuk tulang dan otot pada anak laki-laki berbeda dengan perempuan. Anak perempuan lebih cepat kematangannya dari pada laki-laki .
6. Status Sosial Ekonomi
Anak yang berasal dari keluarga dengan status sosial ekonomi rendah, cenderung lebih kecil dari pada anak yang bersal dari keluarga dengan tingkat ekonomi yang tinggi.
7. Kesehatan
Kesehatan amat berpengaruh terhadap pertumbuhan fisik remaja. Remaja yang berbadan sehat dan jarang sakit, biasanya memiliki tubuh yang lebih tinggi dan berat dibanding yang sering sakit.
8. Pengaruh Bentuk Tubuh
Perubahan psikologis muncul antara lain disebabkan oleh perubahan-perubahan fisik. Diantara perubahan fisik yang sangat berpengaruh adalah; pertumbuhan tubuh (badan makin panjang dan tinggi), mulai berfungsinya alat-alat reproduksi (ditandai dengan haid pada perempuan dan "mimpi pertama" pada anak laki-laki ), dan tanda-tanda kelamin kedua yang tumbuh.










BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Adolesensi atau masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Hal ini biasanya dipandang dari segi kematangan seksual dan cepatnya pertumbuhan. Pada masa adolesensi terjadi perkembangan biologis yang kompleks, yang meliputi ukuran dan proporsi tubuh, pertumbuhan jaringan tubuh, perubahan fisiologis, dan peningkatan kekuatan. Pada masa adolesensi perkembangan fisik antara perempuan dan laki-laki berbeda, yaitu terjadi antara umur 10-18 tahun untuk anak perempuan dan 12-18 tahun untuk anak laki-laki. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan fisik adolesensi antara lain keluarga, gizi, gangguan emosional, jenis kelamin, status sosial ekonomi, kesehatan, dan pengaruh bentuk tubuh, dan lingkungan.















DAFTAR PUSTAKA

http://fisa-fdspetualang.blogspot.com/
http://sumbermakalah.blogspot.com/
Sugianto. 2003. Perkembangan Motorik dan Belajar Motorik. Hal 5.2-5.8. UT