KEPUTUSAN YANG KAMU AMBIL HARI INI AKAN MEWARNAI MASA DEPANMU

Senin, 13 Desember 2010

Pertumbuhan Fisik Adolesensi

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Adolesensi atau masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Hal ini biasanya dipandang dari segi kematangan seksual dan cepatnya pertumbuhan. Sedangkan pertumbuhan fisik adalah perubahan-perubahan fisik yang terjadi dan merupakan gejala primer dalam pertumbuhan remaja. Adolosensi dimulai dengan percepatan rata-rata pertumbuhan sebelum mencapai kematangan seksual, kemudian timbul fase perlambatan, dan berhenti setelah tidak terjadi pertumbuhan lagi, yaitu setelah mencapai masa dewasa.
Pada masa adolesensi terjadi perkembangan biologis yang kompleks, yang meliputi percepatan pertumbuhan, perubahan proporsi bentuk tubuh, perubahan dalam komposisi tubuh, kematangan ciri-ciri seks primer dan sekunder, perkembangan pada sistem pernapasan dan kerja jantung, dan perkembangan sistem syaraf dan endokrin yang memprakarsai dan mengkoordinasikan perubahan-perubahan tubuh, seksual dan fisiologis. Pada masa adolesensi perkembangan fisik antara perempuan dan laki-laki berbeda, yaitu terjadi antara umur 10-18 tahun untuk anak perempuan dan 12-18 tahun untuk anak laki-laki.
Secara biologis dalam masa adolesensi ini sistem reprodukasi mencapai taraf kematanagn.
B. Rumusan Masalah
1. Ukuran dan proporsi tubuh
2. Pertumbuhan jaringan tuubuh
3. Perubahan Fisiologis
4. Peningkatan kekuatan
5. Kondisi yang mempengaruhi pertumbuhan fisik adolesensi
BAB II
PEMBAHASAN

A. Ukuran dan Proporsi Tubuh
Pertumbuhan yang cepat pada masa adolesensi menimbulkan terjadinya perbedaan-perbedaan morfologis antara anak laki-laki dengan perempuan yang makin jelas. Ciri-ciri yang menonjol adalah bertambah lebarnya bahu anak laki-laki lebih cepat dibandingkan dengan perkembangan pinggulnya, sebaliknya terjadi pada anak-anak perempuan yang mengalami pertumbuhan yang cepat pada pelebaran pinggulnya, dibandingkan dengan perkembangan pada bagian pinggang dan bahu.
Perubahan fisik selama adolosensi menunjukan beberapa indikasi dalam komposisi tubuh. Perubahan komposisi terutama bervariasi pada kegemukan dan kekurusan. Anak laki-laki meningkat ke arah berotot terutama pada anggota badan, sedangkan anak perempuan meningkat ke arah bentuk ramping dan gemuk atau makin berlemak. Peningkatan tersebut untuk anak laki-laki berlangsung dengan cepat terutama menjelang dewasa, sedangkan untuk anak perempuan berlangsung secara bertahap.
Perkembangan organ reproduksi anak perempuan mulai lebih awal dibandingkan anak laki-laki. Awal dari masa puber anak laki-laki lebih sukar dikenali, biasanya ditandai adanya percepatan pertumbuhan kantung kemaluan (scrotum) dan testes, serta mulai tumbuhnya rambut kelamin, dan juga pelabaran pangkal tenggorokan (larynx).
Awal puber perempuan ditandai dengan terjadinya menstruasi pertama, dan berdasarkan tanda-tanda seks sekunder, seperti dimulai berkembangnya buah dada, tumbuhnya rambut kelamin dan sebagainya.
Usia mulainya menstruasi pertama berkisar antara 12 samapi 14 tahun. Variasi usia menstruasi pertama dipengaruhi oleh berbagai macam situasi, seperti iklim, gizi makanan, kebudayaan atau ras suatu bangsa. Di daerah yang beriklim panas cenderung lebih cepat terjadinya menstruasi pertama dibandingkan dengan daerah dingin.
Kematangan seksual berdasarkan ras antara anak laki-laki kulit hitam dengan kulit putih hanya sedikit atau hampir tidak terjadi perbedaan, tetapi pada anak perempuan ternyata terdapat perbedaan. Anak perempuan Mexiko mulai menstruasi pertama pada usia 12,5 tahun, rata-rata anak Eropa 12,9 tahun, Jepang dan Negro 13,1 tahun, dan Cina 13,9 tahun. Status gizi berpengaruh terhadap usia menstruasi pertama berhubungan dengan kegemukan. Seorang anak yang gemuk cenderung lebih cepat mengalami menstruasi pertama dibandingkan anak-anak yang relatif lebih kurus. Gizi yang baik dan kondisi lingkungan yang baik berpengaruh terhadap kecepatan perkembangan, dan kecepatan kematangan akan akan lebih cepat diperoleh, sebaliknya kekurangan gizi akan menurunkan tingkat perkembangan organisme.
Dalam perkembangan fisik yang berhubungan dengan kematangan seksual mencapai puncaknya pada periode adolesensi. Peningkatan yang pesat pada anak perempuan berakhir antara usia 11 sampai 13,5 tahun dengan pertambahan tinggi rata-rata 3,25 inchi (8,25 cm) setiapa tahun, sedangkan pada anak laki-laki antara usia 13 sampai 15,5 tahun dengan pertambahan tinggi rata-rata 4 inchi (10,16 cm) setiap tahun.
Urutan pencapaian puncak pertumbuhan untuk anak laki-laki dimulai dengan panjang tungkai, kemudian panjang togok dan disusul dengan pelebaran panggul dan dada, pelebaran pundak (bahu) dan akhirnya pada penebalan dada. Pertumbuhan puncak panjang tungkai dengan panjang togok kira-kira berselang 1 tahun.
Perbedaan bentuk tubuh antara anak laki-laki dengan perempuan menjadi tampak jelas sesudah masa pubertas. Kedua jenis kelamin memilki ukuran skeletal yang berbeda. Anak laki-laki menjadi seorang dewasa dengan tungkai dan lengan yang lebih panjang dan bahunya lebih lebar, sedangkan pada wanita dewasa akan nampak lebih besar pinggulnya.
B. Pertumbuhan Jaringan Tubuh
Perubahan secara proporsional terjadi pada tulang otot dan jaringan lemak pada masa adolesensi. Pertumbuhan tulang dan otot sejalan dengan peningkatan tinggi dan berat badan. Sedangkan penurunan volume jaringan lemak lebih nampak pada anak laki-laki dibandingkan dengan anak perempuan. Pertumbuhan tulang dan otot sama, tetapi penurunan volume lemak tidak sama lamanya.
Perbandingan antara otot dengan lemak untuk anak perempuan pada masa sebelum adolesensi agak tetap (konsisten), yaitu: 2,3:1, dan meningkat menjadi 2,4:1 pada masa sesudah adolesensi. Pada anak laki-laki perbandingan antara otot dengan lemak tersebut sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan anak perempuan, yaitu, 2,5:1 dalam masa sebelum adolesensi, dan pada usia 15,5 tahun menjadi 2,6:1. Hal ini menunjukan terjadinya penurunan lemak pada anak laki-laki.

C. Perubahan Fisiologis
Adolesensi ditandai dengan berbagai macam perubahan-perubahan fisiologis yang berhubungan dengan masa pubertas dan pengaruh terhadap penampilan fisik pada kedua jenis kelamin. Salah satu perubahan adalah denyut nadi basal yang selalu menurun secara berangsur-angsur dan sama untuk kedua jenis kelamin sejak lahir. Penurunan denyut nadi pada masa adolosensi anak laki-laki lebih cepat dibandingkan dengan anak perempuan sesudah berumur 12 tahun, dan sampai dewasa denyut nadi waktu istirahat wanita 10% lebih besar dari seorang pria.
Pada orang yang sehat denyut nadi berhubungan erat dengan temperatur tubuh. Temperatur tubuh anak laki-laki 1,50F lebih rendah dibandingkan perempuan.
Perubahan tekanan darah sistolik pada anak perempuan terjadi lebih awal, tetapi pada anak laki-laki bertambahnya lebih besar. Perubahan tekanan darah diastolik hanya kecil, hampir tidak ada perbedaan yang meyakinkan.
Perbedaan tekanan darah sistolik antara anak laki-laki dan permpuan ditandai tingginya tekanan yang dimiliki oleh laki-laki, hal ini kemungkinan disebabkan oleh volume pemompaan jantung dan volume darah yang lebih besar. Volume darah yang lebih besar pada anak laki-laki pada masa adolesensi ditandai dengan bertambah besarnya sel darah merah.
Selama adolesnsi terjadi peningkatan yang besar dalam hal volume pernapasan, kapasitas vital, dan kapasitas pernapasan maksimum untuk anak laki-laki, tetapi sangat kecil untuk anak perempuan. Peningkatan-peningkatan fisiologis yang terjadi pada anak laki-laki sejalan dengan peningkatan ukuran badannya.

D. Peningkatan Kekuatan
Perubahan-perubahan fisiologis dan pertumbuhan yang cepat dimasa adolesensi peningkatan dengan perbedaan peningkatan kekuatan antara kedua jenis kelamin. Perkembangan kekuatan susunan masa adolesensi nampak bahwa pada anak perempuan tidak dapat melampaui rata-rata perkembangan kekuatan laki-laki, bahkan dapat digambarkan bahwa kekuatan yang dimiliki oleh perempuan yang terkuat dapat disamakan dengan kekutan laki-laki yang paling lemah.
Kematangan menunjukan ada hubungan antara perkembangan dengan kekuatan. Hubungan yang rendah terjadi antara tinggi dan berat badan dengan kekuatan karena adanya faktor-faktor lain yang mempengaruhi ukuran besarnya badan dalam menentukan kekuatan pada masa adolesensi. Puncak perkmbangan yang cepat dari kekuatan anak laki-laki terjadi kira-kira 1,5 tahun sesudah puncak peningkatan tinggi badan, dan kira-kira 1 tahun sesudah puncak penambahan berat badan.
Dalam hal perkembangan power otot yang berhubungan dengan pertumbuhan tubuh dapat dinyatakan bahwa power otot dicapai secara penuh kira-kira satu tahu sesudah pencapaian pertumbuhan tubuh sepenuhnya.

E. Kondisi yang Mempengaruhi Pertumbuhan Fisik Adolesensi
Pertumbuhan fisik erat hubungannya dengan kondisi remaja. Kondisi yang baik berdampak baik pada pertumbuhan fisik remaja, demikian pula sebaliknya.
Adapun kondisi-kondisi yang mempengaruhi sebagai berikut:
1. Pengaruh Keluarga
Pengaruh keluarga meliputi faktor keturunan maupun faktor lingkungan. Karena faktor keturunan seorang anak dapat lebih tinggi atau panjang dari anak lainnya, sehingga ia lebih berat tubuhnya, jika ayah dan ibunya atau kakeknya tinggi dan panjang.
2. Faktor lingkungan
Faktor lingkungan akan membantu menentukan tercapai tidaknya perwujudan potensi keturunan yang dibawa dari orang tuanya. Lingkungan juga dapat memberikan pengaruh pada remaja sedemikian rupa sehingga menghambat atau mempercepat potensi untuk pertumbuhan dimasa remaja.
3. Pengaruh Gizi
Anak yang mendapatkan gizi cukup biasanya akan lebih tinggi tubuhnya dan sedikit lebih cepat mencapai taraf dewasa dibadingkan dengan mereka yang tidak mendapatkan gizi cukup.
4. Gangguan Emosional
Anak yang sering mengalami gangguan emosional akan menyebabkan terbentuknya steroid adrenal yang berlebihan dan ini akan membawa akibat berkurangnya pembentukan hormon pertumbuhan di kelenjar pituitary. Bila terjadi hal demikian pertumbuhan awal remajanya terhambat dan tidak tercapai berat tubuh yang seharusnya.


5. Jenis Kelamin
Anak laki cenderung lebih tinggi dan lebih berat dari pada anak perempuan, kecuali pada usia 12 – 15 tahun. Anak perempuan baisanya akan sedikit lebih tinggi dan lebih berat dari pada laki-laki. Hal ini terjadi karena bentuk tulang dan otot pada anak laki-laki berbeda dengan perempuan. Anak perempuan lebih cepat kematangannya dari pada laki-laki .
6. Status Sosial Ekonomi
Anak yang berasal dari keluarga dengan status sosial ekonomi rendah, cenderung lebih kecil dari pada anak yang bersal dari keluarga dengan tingkat ekonomi yang tinggi.
7. Kesehatan
Kesehatan amat berpengaruh terhadap pertumbuhan fisik remaja. Remaja yang berbadan sehat dan jarang sakit, biasanya memiliki tubuh yang lebih tinggi dan berat dibanding yang sering sakit.
8. Pengaruh Bentuk Tubuh
Perubahan psikologis muncul antara lain disebabkan oleh perubahan-perubahan fisik. Diantara perubahan fisik yang sangat berpengaruh adalah; pertumbuhan tubuh (badan makin panjang dan tinggi), mulai berfungsinya alat-alat reproduksi (ditandai dengan haid pada perempuan dan "mimpi pertama" pada anak laki-laki ), dan tanda-tanda kelamin kedua yang tumbuh.










BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Adolesensi atau masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Hal ini biasanya dipandang dari segi kematangan seksual dan cepatnya pertumbuhan. Pada masa adolesensi terjadi perkembangan biologis yang kompleks, yang meliputi ukuran dan proporsi tubuh, pertumbuhan jaringan tubuh, perubahan fisiologis, dan peningkatan kekuatan. Pada masa adolesensi perkembangan fisik antara perempuan dan laki-laki berbeda, yaitu terjadi antara umur 10-18 tahun untuk anak perempuan dan 12-18 tahun untuk anak laki-laki. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan fisik adolesensi antara lain keluarga, gizi, gangguan emosional, jenis kelamin, status sosial ekonomi, kesehatan, dan pengaruh bentuk tubuh, dan lingkungan.















DAFTAR PUSTAKA

http://fisa-fdspetualang.blogspot.com/
http://sumbermakalah.blogspot.com/
Sugianto. 2003. Perkembangan Motorik dan Belajar Motorik. Hal 5.2-5.8. UT

Selasa, 07 Desember 2010

Penjas Adaptif

Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) adalah anak yang mengalami kelainan sedemikian rupa baik fisik, mental, sosial maupun kombinasi dari ketiga aspek tersebut, sehingga untuk mencapai potensi yang optimal ia memerlukan Pendidikan luar biasa(PLB).

PLB merupakan pendidikan yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan pendidikan ABK. Adapun yang dirancang dalam PLB adalah kelas, program dan layanannya. Sehingga PLB dapat diartikan juga sebagai Spesial kelas, program atau layanan yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan pendidikan Anak luar biasa.

ABK bisa memiliki masalah dalam sensorisnya, motoriknya, belajarnya, dan tingkahlakunya. Semua ini mengakibatkan terganggunya perkembangan fisik anak. Hal ini karena sebagian besar ABK mengalami hambatan dalam merespon rangsangan yang diberikan lingkungan untuk melakukan gerak, meniru gerak dan bahkan ada yang memang fisiknya terganggu sehingga ia tidak dapat melakukan gerakan yang terarah dengan benar.

Di satu sisi, Anak luar Biasa harus dapat mandiri, beradaptasi, dan bersaing dengan orang normal, di sisi lain ia tidak secara otomatis dapat melakukan aktivitas gerak. Secara tidak disadari akan berdampak kepada pengembangan dan peningkatan kemampuan fisik dan keterampilan geraknya. Pendidikan jasmani bagi ABK disamping untuk kesehatan juga harus mengandung pembetulan kelainan fisik.

Dengan uraian di atas maka jelas bahwa Pendidikan jasmani yang diadaptasi dan dimodifikas sesuai dengan kebutuhan, jenis kelainan dan tingkat kemampuan ABK merupakan salah satu factor yang sangat menentukan dalam keberhasilan Pendidikan bagi ABK. Keberhasilan ini akan terwujud baik pada PLB dalam bentuk kelas khusus, program khusus, maupun dalam bentuk layanan khusus di SD biasa maupun di tiap jenjang sekolah biasa lainnya.

Apa dan bagaimana pendidikan jasmani bagi ABK atau Pendidikan Jasmani adaptif secara sederhana akan diuraikan dibawah ini:

1. Pengertian pendidikan jasmani adaptif

Secara mendasar pendidikan jasmani adaptif adalah sama dengan pendidikan jasmani biasa. Pendidikan jasmani merupakan salah satu aspek dari seluruh proses pendidikan secara keseluruhan.

Pendidikan jasmani adaptif merupakan suatu sistem penyampaian layanan yang bersifat menyeluruh (comprehensif) dan dirancang untuk mengetahui, menemukan dan memecahkan masalah dalam ranah psikomotor.

Hampir semua jenis ketunaan ABK memiliki problim dalam ranah psikomotor. Masalah psikomotor sebagai akibat dari keterbatasan kemampuan sensomotorik, keterbatasan dalam kemampuan belajar. Sebagian ABK bermasalah dalam interaksi sosial dan tingkah laku. Dengan demikian dapat dipastikan bahwa peranan pendidikan jasmani bagi anak berkebutuhan khusus (ABK) sangat besar dan akan mampu mengembangkan dan mengkoreksi kelainan dan keterbatasan tersebut.

2. Ciri dari program pengajaran penjas Adaptif

Sifat program pengajaran pendidikan jasmani adaptif memiliki ciri khusus yang menyebabkan nama pendidikan jasmani ditambah dengan kata adaptif. Adapun ciri tersebut adalah:

1. Program Pengajaran Penjas adaptif disesuiakan dengan jenis dan karakteristik kelainan siswa. Hal ini dimaksutkan untuk memberikan kesempatan kepada siswa yang berkelainan berpartisipasi dengan aman, sukses, dan memperoleh kepuasan. Misalnya bagi siswa yang memakai korsi roda satu tim dengan yang normal dalam bermain basket, ia akan dapat berpartisipasi dengan sukses dalam kegiatan tersebut bila aturan yang dikenakan kepada siswa yang berkorsi roda dimodifikasi. Demikian dengan kegiatan yang lainnya. Oleh karena itu pendidikan Jasmani adaptif akan dapat membantu dan menolong siswa memahami keterbatasan kemampuan jasmani dan mentalnya.
2. Program Pengajaran Penjas adaptif harus dapat membantu dan mengkoreksi kelainan yang disandang oleh siswa. Kelainan pada Anak luar Biasa bisa terjadi pada kelainan fungsi postur, sikap tubuh dan pada mekanika tubuh. Untuk itu, program pengajaran pendidikan Jasmani adaptif harus dapat membantu siswa melindungi diri sendiri dari kondisi yang memperburuk keadaanya.
3. Program Pengajaran Penjas adaptif harus dapat mengembangkan dan meningkatkan kemampuan jasmani individu ABK. Untuk itu pendidikan Jasmani adaptif mengacu pada suatu program kesegaran jasmani yang progressif, selalu berkembang dan atau latihan otot-otot besar. Dengan demikian tingkat perkembangan ABK akan dapat mendekati tingkat kemampuan teman sebayanya.

Apabila program pendidikan jasmani adaptif dapat mewujudkan hal tersebut di atas. maka pendidikan jasmani adaptif dapat membantu siswa melakukan penyesuaian sosial dan mengembangkan perasaan siswa memiliki harga diri. Perasaan ini akan dapat membawa siswa berprilaku dan bersikap sebagai subjek bukan sebagai objek di lingkungannya.

3. Tujuan pendidikan jasmani adaptif.

Sebagaimana dijelaskan di atas betapa besar dan strategisnya peran pendidikan jasmani adaptif dalam mewujudkan tujuan pendidikan bagi ABK, maka Prof. Arma Abdoellah, M.Sc. dalam bukunya yang berjudul “Pendidikan Jasmani Adaptif” memerinci tujuan pendidikan Jasmani adaptif bagi ABK sebagai berikut:

1. Untuk menolong siswa mengkoreksi kondisi yang dapat diperbaiki.
2. Untuk membantu siswa melindungi diri sendiri dari kondisi apapun yang memperburuk keadaannya melalui Penjas tertentu.
3. Untuk memberikan kesempatan pada siswa mempelajari dan berpartisipasi dalam sejumlah macam olah raga dan aktivitas jasmani, waktu luang yang bersifat rekreasi.
4. Untuk menolong siswa memahami keterbatasan kemampuan jasmani dan mentalnya.
5. Untuk membantu siswa melakukan penyesuaian social dan mengembangkan perasaan memiliki harga diri.
6. Untuk membantu siswa dalam mengembangkan pengetahuan dan appresiasi terhadap mekanika tubuh yang baik.
7. Untuk menolong siswa memahami dan menghargai macam olah raga yang dapat diminatinya sebagai penonton.

4. Modifikasi dalam pendidikan jasmani adaptif

Bila kita lihat masalah dari kelainannya, jenis Anak Berkebutuhan Khusus dikelompokkan menjadi:

a. ABK yang memiliki masalah dalam sensoris
b. ABK yang memiliki masalah dalam gerak dan motoriknya
c. ABK yang memiliki masalah dalam belajar
d. ABK yang memiliki masalah dalam tingkah lakunya

Dari masalah yang disandang dan karakteristik setiap jenis ABK maka menuntut adanya penyesuaian dan modifikasi dalam pengajaran Pendidikan Jasmani bagi ABK.

Penyesuaian dan modifikasi dari pengajaran penjas bagi ABK dapat terjadi pada:

a. Modifikasi aturan main dari aktifitas pendidikan jasmani.
b. Modifikasi keterampilan dan tehniknya .
c. Modifikasi tehnik mengajarnya.
d. Modifikasi lingkungannya termasuk ruang, fasilitas dan peralatannya

Seorang ABK yang satu dengan yang lain, kebutuhan aspek yang dimodifikasi tidak sama. ABK yang satu mungkin membutuhkan modifikasi tempat dan arena bermainnya. ABK yang lain mungkin membutuhkan modifikasi alat yang dipakai dalam kegiatan tersebut. Tetapi mungkin yang lain lagi disamping membutuhkan modifikasi area bermainnya juga butuh modifikasi alat dan aturan mainnya. Demikian pula seterusnya, tergatung dari jenis masalah, tingkat kemampuan dan karakteristik dan kebutuhan pengajaran dari setiap jenis ABK.

Sumber: http://santriw4n.wordpress.com/2010/02/23/pembelajaran-abkanak-berkebutuhan-khusus/

Rabu, 01 Desember 2010

Final Paper


NAMA: Rahman Ari Winarko
NIM: 08601244207
PJKR/F
Final Paper

PENDAHULUAN
            Filsafat tidak memberi petunjuk-petunjuk untuk mencapai taraf hidup yang lebih tinggi, juga tidak melukiskan tekhnik-tekhnik baru untuk membuat bom atom. Sebenarnya jika di dalam filsafat anda mencari jawaban yang terakhir dalam persoalan yang anda hadapi, yang disepakati oleh semua filsuf sebagai hal yang benar, maka anda akan kecewa dan bersedih hati. Setelah anda memahami filsafat, anda dapat memberi jawaban-jawaban yang kiranya dianggap sah.
            Di Yunani filsafat berarti “cinta akan kebijaksanaan” yang kedengarannya sangat meragukan. Hal ini menunjukan bahwa orang yang belajar filsafat harus bijaksana, sedangkan orang yang tidak bijaksana tidak boleh mempelajarinya. Memang belajar filsafat membutuhkan penalaran dan kesabaran untuk memahami arti yang sesungguhnya dari filsafat. Tidak mungkin semua orang memahami arti filsafat walaupun  sudah mempelajarinya sejak lama.
            Selanjutnya tulisan ini akan mempelajari mengenai hal-hal yang berhubungan dengan filsafat. Tidak dapat dipungkiri bahwa belajar filsafat sangat membingungkan. Tetapi lebih baik mempelajari filsafat agar dapat berpikir lebih dalam tentang masalah-masalah yang dihadapi dan dapat menyelesaikannya dengan baik dan rasional.
ISI
Seperti yang pernah dikatakan oleh seorang filsuf, lebih baik berbuat sesuatu yang buruk dari pada tidak berbuat sesuatu apa pun. Hal ini sangat menarik perhatian saya karena sebagian besar orang pasti tidak setuju dengan pendapat tersebut tetapi belum tentu bagi kita atau sebagian orang. Bayangkan saja jika kita melakukan perbuatan yang buruk tentu saja kita akan dibenci orang lain bahkan akan dikucilkan dalam masyarakat. Memang belajar filsafat sangat membingungkan dan mungkin saja menimbulkan kerancuan.
Tetapi jika kita pikir lebih dalam perkataan seorang filsuf tersebut kita akan memahami pentingnya belajar filsafat. Kita tentunya akan belajar lebih banyak dari sesuatu yang buruk tersebut dan kita akan berpikir mengenai hal tersebut mengapa dianggap buruk. Belajar bukan hanya dari sesuatu yang baik tetapi dari sesuatu yang buruk pun bisa. Kita akan mendapatkan pengalaman yang berharga dari perbuatan buruk tersebut. Bandingkan saja dengan orang yang tidak berbuat sesuatu apa pun mereka seperti orang yang sudah mati dan mereka tidak akan berpikir dan tidak mendapatkan pengalaman.
Teman saya pernah berkata bahwa presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono pun pernah melakukan sesuatu yang dianggap buruk oleh masyarakat tetapi tidak untuk beliau atau pemerintah. Menaikan harga BBM tentunya bagi sebagian besar masyarakat akan menyengsarahkan masyarakat tetapi karena harga minyak dunia melambung tinggi maka Susilo Bambang Yudhoyono pun mengambil keputusan untuk menaikan harga BBM.
Menurut saya sesuatu yang buruk belum tentu menimbulkan akibat yang buruk pula bagi kehidupan. Itu tergantung dari cara pandang seseorang yang menilai perbuatan tersebut. Kita tidak boleh selalu percaya kepada orang lain mengenai perbuatan yang dianggap mereka buruk padahal menurut kita belum tentu dianggap buruk. Kita harus bisa berpegang teguh kepada prinsip untuk menentukan sesuatu tersebut baik atau buruk.
Filsafat pada dasarnya mengandung beberapa nilai, yaitu menurut obyeknya, filsafat bernilai ontologik, menurut metodenya mengandung nilai epistemologi, menurut sistemnya mengandung nilai estetika, sedangkan dari kebenaran yang dicapainya mengandung nilai etik-antropologik. Filsafat juga mempunyai manfaat bagi ilmu pengetahuan misalnya sebagai sumber atau induk ilmu pengetahuan. (Suhartono, Suparlan. (2007). Nilai Filsafat bagi Ilmu Pengetahuan. Dalam dasar-dasar Filsafat. Hal 117-124). Menurut pendapat saya filsafat mempunyai banyak fungsi. Oleh karena itu filsafat sangat penting dipelajari.
Dalam sebuah diskusi yang terjadi di dalam kelas saat mata kuliah Filsafat Pendidikan Jasmani dan Olahraga kelompok kami mendapat tema setuju dengan kloning manusia. Tentunya saya menjadi sangat bingung karena sekarang kloning tidak boleh dilakukan kepada manusia. Jika berpikir tentang kloning kita harus keluar dari norma-norma yang ada agar dapat berpikir secara luas.
Apakah kloning manusia ada manfaatnya? Menurut saya kloning manusia tentu ada manfaatnya, yaitu mengurangi resiko kematian seorang ibu akibat melahirkan, rekayasa genetik lebih efisien dan manusia tidak perlu khawatir akan kekurangan organ tubuh pengganti (jika memerlukan) yang biasa diperoleh melalui donor, dengan kloning ia tidak akan lagi merasa kekurangan ginjal, hati, jantung, darah, dan sebagainya, karena ia bisa mendapatkannya dari manusia hasil tekhnologi kloning.
Sedangkan menurut kelompok yang tidak setuju dengan kloning manusia, mereka menganggap bahwa kloning manusia itu dilarang oleh agama maupun oleh negara. Kloning manusia hanya akan membawa masalah-masalah baru dalam kehidupan sekarang.
Dari diskusi tersebut dapat saya simpulkan bahwa kloning manusia itu ada sisi baiknya dan ada sisi buruknya. Hal itu tergantung dari bagaimana orang memandangnya. Saya sebagai orang yang kurang tahu mengenai dunia kedokteran hanya dapat berbangga hati dan bersyukur bahwa ada ilmuwan yang dapat menemukan kloning walaupun kloning untuk manusia itu dilarang. Hal ini juga menunjukan bahwa perkembangan iptek di dunia semakin canggih.
Dalam sebuah buku yang berjudul “Filsafat untuk Pemula” yang diterbitkan oleh Kanisius tahun 2001 karangan Richard Osborne, pada halaman 67 Francis Bacon berkata bahwa bila manusia memulai dengan kepastian, ia akan berakhir dalam keraguan. Tetapi bila ia puas untuk memulai dengan keraguan ia akan berakhir dengan kepastian. Hal ini tentunya sangat menarik perhatian saya karena akan sulit diterima oleh sebagian besar orang dan juga tidak masuk akal.
Mengapa sulit diterima? Menurut saya karena bila seseorang memulai dengan kepastian maka orang tersebut tentu akan pasti dengan hasil yang akan diperolehnya. Dan jika seseorang memulai sesuatu dengan keraguan maka orang tersebut akan ragu-ragu dengan hasil yang akan diperolehnya.
Contohnya adalah ketika kita akan melakukan tendangan pinalti. Jika dari awal kita sudah ragu ke mana akan menendang bola, kita juga pasti akan ragu apakah bola tersebut akan masuk ataukah tidak. Tetapi jika kita sudah pasti bahwa tendangan kita akan masuk, kita akan menghadapinya dengan santai dan dapat berkonsentrasi ke mana akan mengarahkan bola tersebut.
Menurut saya, dalam sebuah kehidupan haruslah diawali dengan kepastian untuk mencapai hasil yang diinginkan. Jika tidak, kita akan selalu ragu terhadap kehidupan ini apakah hidup kita ada tujuannya apakah tidak. Tetapi menurut dia mungkin ketika kita akan memulai sesuatu harus dengan keraguan agar kita selalu hati-hati dalam bertindak. Dengan sikap hati-hati tersebut nantinya kita akan memperolah hasil yang memuaskan. Berbeda dengan orang yang selalu optimis maka akan terasa tergesa-gesa dalam setiap bertindak dan hasilnya pun belum tentu memuaskan.
Menurut Plato manusia adalah ibarat teks yang sulit, maknanya harus diuraikan oleh filsafat. Tapi dalam pengalaman kita, teks itu ditulis dengan huruf-huruf terlampau kecil sehingga tidak terbaca. Maka sebagai tugas pertama filsafat harus “memperbesar” tulisan-tulisan tersebut. (Aiter & Billy. Filsafat Manusia. Dari gettech.tripod.com/ARSIP/filsafat.com). Menurut saya filsafat memang harus dijadikan pandangan hidup agar kita dapat menjalani hidup ini dengan baik. Filsafat harus memberi petunjuk bagaimana berpikir yang rasional dan dapat diterima oleh semua orang.
Filsafat pendidikan merupakan aplikasi filsafat dalam pendidikan (Kneller, 1971). Pendidikan membutuhkan filsafat karena masalah-masalah pendidikan tidak hanya menyangkut pelaksanaan pendidikan yang dibatasi pengalaman, tetapai masalah-masalah yang lebih luas, lebih dalam, serta lebih kompleks, yang tidak dibatasi pengalaman maupun fakta-fakta pendidikan, dan tidak memungkinkan dapat dijangkau oleh sains pendidikan. Filsafat pendidikan harus mampu memberikan pedoman kepada para pendidik (guru). Hal tersebut akan mewarnai sikap dan perilakunya dalam mengelola proses belajar mengajar (PBM). Selain itu filsafat pendidikan akan menjauhkan mereka dari perbuatan meraba-raba, mencoba-coba tanpa rencana dalam menyelesaikan masalah-masalah pendidikan.
Menurut saya filsafat pendidikan tentunya akan menjadi pedoman yang berharga bagi para guru dalam mengajar dan memahami karakteristik peserta didik atau siawa untuk menciptakan suasana belajar yang kondusif. Selain itu guru dapat menyelesaikan masalah-masalah yang terjadi dalam kegiatan belajar mengajar dengan memahami terlebih dahulu arti dari filsafat pendidikan.
Dalam sebuah buku yang berjudul ”Pengantar Filsafat”, pada halaman 6 dituliskan bahwa kegiatan kefilsafatan ialah merenung. Tetapi merenung bukanlah melamun, juga bukan berpikir secara kebetulan yang bersifat untung-untungan. Perenungan kefilsafatan ialah percobaan untuk menyusun suatu sistem pengetahuan yang rasional, yang memadai untuk memahami dunia tempat kita hidup maupun untuk memahami diri kita sendiri.
Menurut saya perenungan filsafat dilakukan untuk memikirkan hal-hal yang dianggap para filsuf tersebut sebagai masalah dan mencoba mengatasinya dengan cara mereka sendiri tetapi yang rasional dan dapat diterima oleh masyarakat di dunia.  
Pada tatap muka ke-8 kami mendiskusikan tentang krisis identitas dan legimitasi dalam pendidikan jasmani. Dalam kesempatan tersebut kami diberi  soal tentang rencana pemerintah menghilangkan mata pelajaran penjas dan kami disuruh berpendapat. Sebagai calon guru pendidikan jasmani tentunya saya sangat kecewa jika mata pelajaran pendidikan jasmani benar-benar dihilangkan. Banyak guru penjas sekarang tidak mengetahui arti statusnya sebagai guru penjas yang menyebabkan banyak krisis identitas di dunia penjas. Mudah sekali untuk menepis pendapat mereka yang tidak memahami statusnya sebagai guru penjas.
Menurut pendapat saya krisis identitas yang terjadi karena para guru penjas tidak mengetahui fungsi dari pendidikan jasmani itu sendiri. Dengan adanya pendidikan jasmani peserta didik dapat belajar berolahraga. Selain itu seorang guru juga dapat mengetahui karakter setiap peserta didik dengan mengamati tingkah laku siswa ketika berolahraga.
Pada tatap muka ke-9 kami membahas tentang berbagai aliran filsafat dan implikasinya terhadap pendidikan jasmani. Ada beberapa aliran filsafat yang cukup populer dan berpengaruh pada  umumnya, khususnya dunia pendidikan juga dalam dunia pendidikan jasmani seperti yang dikutip Adang Suherman (2000), yaitu: idealisme, realisme, pragmatisme, naturalisme, dan eksistensialisme. (Margono. 2007: 23). Aliran-aliran tersebut mungkin dapat dijadikan acuhan bagi para guru penjas dalam melaksanakan proses pembelajaran. Saya sangat setuju dengan banyaknya aliran-aliran filsafat sehingga akan memudahkan memilih metode pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum yang sedang dipergunakan.
            Aliran idealisme berpendapat bahwa pikiran adalah kunci terhadap segala sesuatu. Dalam hubungannya dengan pendidikan jasmani aliran ini berpendapat bahwa pendidikan jasmani bukan sekedar fisik, tetapi harus seimbang dengan ilmu pengetahuan. (Margono. 2007: 24). Menurut pendapat saya aliran idealisme tidak hanya mengembangkan fisik saja, tetapi kecerdasan kognitif pun dilatih. Dengan aliran ini kecerdasan peserta didik dapat dipantau saat di dalam kelas maupun di luar kelas atau lapangan.
            Aliran realisme adalah kebalikan dari aliran idealisme. Aliran realisme berpendapat bahwa fisik adalah dunia nyata. Aliran ini menekankan pada suatu kenyataan. Hubungannya dengan pendidikan jasmani adalah program pendidikan jasmani berdasarkan pengetahuan ilmiah, pengulangan memegang peranan penting dalam pendidikan jasmani. (Margono. 2007: 25). Menurut pendapat saya aliran realisme hanya mementingkan fisik dan kurang memperhatikan aspek sosial dan aspek kognitif sehingga kurang baik untuk perkembangan siswa.
            Aliran pragmatisme menganggap pengalaman sebagai kunci utama untuk meraih keberhasilan hidup. Hubungannya dengan pendidikan jasmani adalah program pendidikan disesuaikan dengan kebutuhan dan minat siswa, pembelajaran diperoleh melalui pemecahan masalah atau problem solving. (Margono. 2007: 25). Menurut pendapat saya aliran ini hanya mementingkan pengalaman tanpa ada usaha lain yang nyata. Jadi, siswa tidak ada eksperimen untuk melakukan sesuatu hal yang baru.
            Aliran naturalisme menganggap bahwa sesuatu yang mempunyai nilai adalah yang secara fisik nampak dan individu lebih penting dari masyarakat. Hubungannya dengan pendidikan jasmani adalah siswa diberi kebebasan mengatur dirinya sendiri dan aktivitas fisik penting bagi perkembangan manusia. (Margono. 2007: 25). Menurut pendapat saya aliran naturalisme lebih memudahkan siswa dalam proses pembelajaran karena siswa dapat mengembangkan keterampilan, fisik, mental, sosial dan dapat mengatur dirinya sendiri.
Aliran eksistensialisme adalah aliran yang disebut juga aliran filsafat modern, keberadaan individu lebih diperhatikan. Menurut aliran ini kenyataan  berdasarkan eksistensialisme. Dalam hubungannya dengan pendidikan jasmani adalah setiap siswa bebas memilih berbagai aktivitas, guru hanya sebagai konselor. (Margono. 2007: 26). Menurut pendapat saya aliran ini sangat bagus karena siswa diberi kebebasan dalam beraktifitas dan didampingi oleh seorang guru sebagai pembimbing.
Aliran filsafat yang sangat tepat menurut saya adalah alairan idealisme. Mengapa saya memilih aliran idealisme? Karena saya sangat setuju dengan pendidikan jasmani yang tidak hanya melibatkan fisik tetapi juga melibatkan kemampuan kognitif, sosial, mental, dan emosional. Dalam aliran tersebut, guru hanya menjadi contoh bagi peserta didik. Setiap guru hendaknya mengikuti aliran ini agar dapat melaksanakan pembelajaran dengan baik dan dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Tetapi itu tergantung dari pendapat masing-masing individu mau memilih aliran filsafat mana untuk menjadi pedoman dalam proses pembelajaran.
Pandangan filsafat tentang pendidikan jasmani ada dua, yaitu pandangan filsafat modern dan pandangan filsafat tradisional. Dalam pandangan filsafat modern pembelajaran terpusat pada peserta didik. Guru hanya sebagai pembimbing. Sedangkan menurut pandangan filsafat tradisional proses pembelajaran terpusat pada guru. Hanya terpusat pada perkembangan intelektual siswa. ( Margono. 2007: 26).
Menurut pendapat saya pandangan filsafat modern lebih baik daripada tradisional karena metode ini akan mengajarkan kepada siswa untuk mengembangkan kecerdasannya sendiri dengan bimbingan seorang guru. Dengan adanya kurikulum KTSP pada sekarang ini metode filsafat modern lebih mudah diterapkan dalam proses pembelajaran. Metode ini akan sangat bermanfaat bagi peserta didik maupun bagi guru. Manfaat bagi peserta didik adalah mereka dapat mengembangkan kreatifitas dan ketrampilannya dengan bimbingan dari seorang guru. Seorang guru dapat mengetahui karakteristik peserta didik yang diajar dengan memperhatikan tingkah laku mereka saat proses pembelajaran.
Pada hakekatnya pandangan filsafat modern lebih efektif untuk melaksanakan proses pembelajaran. Tetapi itu tergantung dari kemampuan seorang guru untuk mengkondisikan siswanya seperti apa. Jika dapat melaksanakan proses pembelajaran dengan acuhan pandangan filsafat modern, tujuan pembelajaran akan mudah dicapai.
            Pada kuliah filsafat pertemuan kesepuluh membahas tentang dasar-dasar filosofis ilmu keolahragaan. Dari materi yang sudah saya baca, saya menemukan suatu kalimat yang sangat menarik, yaitu “memasyarakatkan olahraga dan mengolahragakan masyarakat” (Pramono, Made. 2003: 143). Hal ini sangat menarik karena menurut saya kalimat tersebut sangat mempunyai banyak makna. Mungkin makna yang ingin disampaikan oleh penulis adalah ingin mengenalkan dan mengajak masyarakat untuk berolahraga sehingga olahraga tidak asing lagi bagi masyarakat.
            Memasyarakatkan olahraga memang tidak mudah, terutama karena kondisi masyarakat yang tidak sama. Sering kita dengar seruan tentang memasyarakatkan olahraga dan mengolahragakan masyarakat ketika akan diadakannya suatu event olahraga, mungkin itulah suatu usaha dari panitia atau pemerintah agar semua masyarakat memahami pentingnya berolahraga dan olahraga dapat dikenal disemua lapisan masyarakat. Olahraga memang sangat penting untuk menjaga kesehatan selain makan makanan yang bergizi. Tetapi semua lapisan masyarakat belum bisa menikmati olahraga karena kondisi yang tidak memungkinkan.
Fair play itu menyatu dengan konsep persahabatan dan menghormati yang lain dan selalu bermain dalam semangat sejati. Fair play dimaknakan sebagai bukan hanya unjuk perilaku. Ia menyatu dengan persoalan yang berkenaan dengan dihindarinya ulah penipuan, main berpura-pura atau “main sabun”, doping, kekerasan (baik fisik maupun ungkapan kata-kata), eksploitasi, memanfaatka peluang, komersialisasi yang berlebih-lebihan atau melampaui batas dan korupsi ( Lutan, Rusli, 2001: 110). Kalimat-kalimat tersebut memang sangat menarik karena merupakan pengertian fair play yang sesungguhnya, tetapi belum sepenuhnya dapat dipahami oleh semua olahragawan dan masyarakat umum. Kata-kata fair play memang sering kita dengar disetiap event olahraga yang akan diselenggarakan, tetapi belum tentu dapat dipahami oleh setiap pemain. Jika mereka sudah dapat memahami arti fair play yang sesungguhnya mungkin tidak akan terjadi lagi perkelahian atau tindakan anarkhis yang sering terjadi di lapangan khususnya sepak bola Indonesia.
            Menurut pendapat saya perlu diadakan sosialisasi tentang fair play agar semua orang dapat memahami pentingnya fair play. Sosialisasi tentang fair play selama ini memang kurang dilakukan. Hal inilah yang menyebabkan banyak para atlet yang tidak bisa bersikap fair play dalam sebuah pertandingan. Apa yang bisa dibanggakan jika menang tanpa sikap fair play? Tentunya hanya ejekan yang akan didapat dari masyarakat. Jika semua orang dapat memahami sikap fair play tentunya dunia olahraga akan lebih maju.
            Di dalam setiap pertandingan yang dicari bukan hanya kemenangan, tetapi persahabatan, perdamaian, kejujuran dan sikap sportif yang harus dijunjung tinggi. Fair play memang mudah diucapkan dan diungkapkan dengan kata-kata tetapi sangat sulit dipahami maknanya dan sangat sulit diaplikasikan di dalam sebuah pertandingan. Hanya orang yang mempunyai jiwa besar saja yang dapat mengaplikasikan fair play dalam sebuah pertandingan. Di zaman sekarang masih banyak atlet yang belum memahami arti sebuah fair play dalam bertanding. Mau menerima apa yang terjadi, saling menghormati antar pemain dan tidak mudah terprofokasi menjadi kunci terciptanya fair play.
Fair play didefinisikan oleh FIFA dengan sangat panjang lebar "kemenangan tidak akan bernilai juara jika dicapai dengan cara yang tidak adil atau tidak jujur. Cara curang sangat mudah tetapi tidak membawa kenikmatan. Bermain fair membutuhkan keberanian dan karakter, sehingga lebih memuaskan. Fair play selalu mempunyai penghargaan, bahkan ketika permainan ini hilang. Dengan bermain fair anda akan lebih dihormati daripada bermain curang. Ingat : ini hanya sebuah permainan. Dan permainan akan bernilai jika dilakukan dengan fair (http://forum.arema-online.com/viewtopic.php?f=7&t=138). Menurut pendapat saya sikap fair play memang sangat diperlukan dalam dunia olahraga. Yang didefinisikan oleh FIFA mungkin sangat benar karena jika kita bermain dengan fair maka kita akan memperoleh penghargaan dan penghormatan dari lawan walaupun kalah. Tetapi jika kita menang dengan cara tidak fair maka akan mendapat ejekan dari  lawan bahkan penonton.
Pihak yang bersangkutan akan memberi sanksi yang tegas terhadap pelaku yang tidak fair play berupa hukuman tergantung dari kesalahan yang telah dilakukan. Contohnya saja Aremania yang telah berbuat anarkhis dengan merusak sebuah stadion ketika Arema melawan Persiwa. Akhirnya Aremania diberi sanksi tidak boleh menonton pertandingan Arema di kandang selama 2 tahun. Itulah akibat dari penonton yang tidak bisa bersikap fair dalam menerima sebuah keadaan ketika mendukung klub kesayangan mereka.
            Salah satu akibat penggunaan obat terlarang dalam olahraga adalah merosotnya kepercayaan terhadap hasil yang dicapai dalam suatu kompetisi. Pemeliharaan kepercayaan ini sangatlah mahal dan penting maknanya (Lutan, Rusli. 2001: 179). Menurut pendapat saya penggunaan obat terlarang atau biasa disebut dengan doping dalam olahraga adalah sama saja dengan menciderai olahraga tersebut. Tidak hanya orang yang memakai doping yang akan menerima akibatnya tetapi cabang olahraga tersebut juga akan menerima akibatnya.
            Penggunaan doping akan merugikan banyak pihak, terutama sang atlet. Masyarakat akan semakin tidak percaya terhadap kemampuan atlet yang terbukti memekai doping. Walaupun mendatangkan prestasi yang luar biasa tidak aka nada harganya jika sang atlet memperolehnya dengan menggunakan doping. Olehkarena itu doping sangat dilarang keras dalam dunia olahraga.
            Sekarang doping sangat ditentang oleh semua orang baik yang ada dalam dunia olahraga atau orang umum sekalipun karena mereka tidak setuju meraih prestasi dengan cara tidak fair. Tidak menutup kemungkinan semua gelar yang telah diperoleh akan dicabut kembali ketika sang atlet ketahuan memakai doping. Hal ini dilakukan untuk memeberi efek jera kepada para atlet agar tidak diulangi lagi oleh atlet-atlet yang lain.



KESIMPULAN
Di Yunani filsafat berarti cinta akan kebijaksanaan. Hal ini menimbulkan banyak keraguan karena banyak perbedaan mengenai arti kebijaksanaan. Mempelajari filsafat menimbulkan banyak sekali kerancuan karena tidak ada sesuatu hal yang pasti. Filsafat juga mempunyai manfaat bagi ilmu pengetahuan misalnya sebagai sumber atau induk ilmu pengetahuan.
Filsafat pendidikan harus dijadikan pedoman bagi para pendidik (guru) dalam menyelesaikan masalah-masalah yang terjadi di dunia pendidikan. Hal tersebut akan mewarnai sikap dan perilakunya dalam proses belajar mengajar.
Kegiatan filsafat ialah merenung. Tetapi perenungan dalam filsafat adalah memikirkan suatu sistem pengetahuan yang rasional dan mampu memahami dunia dan diri kita sendiri.
Sikap fair play memang sangat diperlukan dalam setiap pertandingan. Mau menerima apa yang terjadi, saling menghormati antar pemain dan tidak mudah terprofokasi menjadi kunci terciptanya fair play. Setiap pemain harus bersikap fair untuk menghasilakan sebuah pertandingan yang menarik dan dapat dibanggakan oleh semua orang.
Doping sangat dilarang dalam dunia olahraga karena akan menghilangkan kepercayaan terhadap prestasi yang diraih dalam suatu kompetisi. Hal ini tentunya akan sangat merugikan banyak pihak, terutama sang atlet.

DAFTAR PUSTAKA
Aiter & Billy. Filsafat Manusia. Dari gettech.tripod.com/ARSIP/filsafat.htm
Anwar, M.H. (2008). Relasi Pemikiran Filsafat dan Pendidikan, Handout Matakuliah Filsafat Penjas dan Olahraga
Katsoff, Louis O. 2004. Pengantar Filsafat. Diterjemahkan oleh Soejono Soemargono. Yogyakarta: Tiara Wacana
Lutan, Rusli. (2001). Strategi Penalaran untuk Perilaku Fair Play, dalam Olahraga dan Etika Fair Play: Hal 95-107
Lutan, Rusli. (2001). Penggunaan Doping Ditinjau dari Aspek Etika, dalam Olahraga dan Etika Fair Play: Hal 178-200
Margono (2007). Landasan Falsafah Pendidikan Jasmani. Dalam: Asas dan Landasan pendidikan Jasmani. Hal: 20-28
Osborne, Richard. 2001. Filsafat untuk Pemula. Yogyakarta: Kanisius
Pramono, Made. (2003). Dasar-dasar Filosofis Ilmu Keolahragaan (Suatu Pengantar). Jurnal Filsafat, Jilid 34, No. 2.
Setiawan, Caly. (2004). Krisis Identitas dan Legitimasi dalam Pendidikan Jasmani. JPJI, Vol 1 No 1
Suhartono, Suparlan. (2007). Nilai Filsafat bagi Ilmu Pengetahuan. Dalam Dasar-dasar Filsafat. Hal: 117-124
http://forum.arema-online.com/viewtopic.php?f=7&t=138, Diakses Hari Kamis tanggal 18 Juni 2009 jam 19.33